Kutai Timur, CNN.com — Mentari pagi menembus lembut sela-sela pepohonan di halaman Kantor Kementerian Agama Kutai Timur. Embun yang masih menggantung di ujung daun seolah ikut menjadi saksi kebahagiaan ratusan santri yang berkumpul dengan pakaian seragam putih dan sarung warna-warni.
Di wajah mereka tergambar semangat, harapan, dan cinta yang tulus kepada ilmu, kepada ulama, dan tentu saja kepada tanah air.
Hari itu, Rabu (22/10/2025), Kutai Timur memenuhi suasana keagamaan dan khidmat. Ratusan santri dari berbagai pesantren, pelajar madrasah, hingga masyarakat umum tumpah ruah memperingati Hari Santri Nasional 2025. Tahun ini, peringatan Hari Santri mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.”
Acara berlangsung meriah dan penuh makna. Bukan sekedar upacara seremonial, namun juga menjadi momentum untuk meneguhkan kembali jati diri santri sebagai penjaga moral bangsa dan pelopor cinta tanah air.
Tepat pukul 08.00 WITA, barisan santri telah memenuhi lapangan. Bendera Merah Putih berkibar gagah di tengah lapangan, diiringi lantunan shalawat dan gema ayat suci Al-Qur’an. Suasana sakral menyatukan seluruh peserta.
Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman dalam berbagainya menyampaikan belasungkawa atas kejadian meninggalnya 67 santri di Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Kita semua sujud, bangsa ini sujud. Semoga seluruh korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kekuatan iman,” ucapnya saat membacakan pidato Menteri Agama Republik Indonesia.
Ardiansyah menegaskan, dari pesantren lah lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan moral. Dari rahim pesantren, kata dia, telah lahir banyak tokoh besar bangsa — mulai dari pejuang kemerdekaan hingga pemimpin umat.
Hadir pula Kapolres Kutai Timur, AKBP Fauzan Arianto, bersama jajaran Forkopimda, tokoh agama, dan pimpinan pesantren.
Upacara Usai, Kapolres mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meneladani nilai perjuangan para santri yang berlandaskan iman dan cinta tanah air.
“Santri bukan hanya pejuang di bidang agama, tapi juga pejuang di medan kehidupan. Nilai yang diwariskan para ulama harus terus kita jaga, bahwa mencintai Indonesia adalah bagian dari iman,” ujarnya penuh semangat.
Dalam kesempatan itu, Kapolres juga mengucapkan Selamat Hari Santri kepada seluruh peserta dan masyarakat Kutai Timur.
“Dengan semangat santri, kita junjung tinggi nilai hubbul wathan minal iman. Dengan semangat persahabatan, mari bersama merawat kemerdekaan, menjaga kerukunan, dan mengawal pembangunan Indonesia menuju peradaban dunia yang berkeadilan, berakhlak, dan berkemajuan menuju Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Hari Santri tak bisa dilepaskan dari sejarah besar bangsa ini. Tanggal 22 Oktober dipilih untuk mengenang Resolusi Jihad yang diserukan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1945 — seruan yang mendorong ribuan santri turun ke medan laga mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Semangat itu pula yang dihidupkan kembali di Kutai Timur.
“Santri adalah pelita yang tidak pernah padam. Dulu mereka berjuang dengan bambu runcing, kini santri berjuang dengan pena, ilmu, dan akhlak,” tutup Kapolres Kutim (Bambang)